Halaman

Rabu, 10 Agustus 2011

Safety Riding tanpa infrastruktur pendukung = Celaka ?

Pagi, sobat bikers. Nyoba yuk sekarang ngomongin safety riding. Yaah, septi riding lagi..septi riding lagi.. Wkwkwk, bagi sebagian bikers, memang yang namanya safety riding itu kurang populer. Ya contoh gampangnya aja, masih banyak (dan bahkan semakin hari semakin banyak) yang :

1. Ga pake helm baik di komplek bahkan di jalan besar
2. Ngelawan arus (contoh terhangat yang dilakukan oleh Gubernurnya sendiri)
3. Naik trotoar
4. Ga nyalain lampu, bahkan anti lampu nyala
5. Naik jalur busway
6. Pake lampu HID tanpa tau aturan sehingga bikin bahaya pengendara lain
7. dll, banyak lah pokoknya...


Ya, kalau mau dibuat listing sih bisa nyampe ratusan kali yah pelanggaran yang kita bikers buat. Kalau mau dibilang egois, ya ga bisa murni nyalahin bikers juga. Contoh ini, pake lampu HID yang gatau aturan -> ya gara-gara jalan banyak lobang maut yang pemprov boro-boro mau peduli, klo lampu standar mana kliatan. Trus naik trotoar sama busway, ya klo ini ane setuju klo ini perbuatan orang yang super duper egois -> tapi pernah nggak kita mencari root masalahnya, kok bisa terjadi demikian ?


keadaan gini maksa brenti di blk garis resikonya disruduk dengan sengaja!!
pemandangan umum
Ya tentu saja, sebagai bikers kita sering dianaktirikan, baik oleh pemerintah maupun oleh pengguna jalan lain (roda 4 misalnya). Lha liat aja jalanan klo jam sibuk, ya paling enggak motor dikasih lewat di sisi kiri lah, jangan lajur jalan dipenuhin semua, bukannya ga mau antre, tapi emang polusi roda empat ringan bro? Kagaaakkk !!! Bisa mati ente ngirup polusi klo ngantri di belakang segitu bejibunnya mobil yang nyala mesinnya dalam keadaan diam semi parkir, belum lagi ditambah angkot dan bis-bis patas. Belum lagi ugal-ugalannya.

Trus gimanaaaa ????!!!

Ya terus-terang aja bro, kalo konteksnya gini, maka safety riding malah bisa celaka bro? Celaka gimana? Ya balik lagi aja deh ke contoh diatas yang ngirup polusi lah, ugal-ugalan lah. Maunya tertib malah disruduk, maunya tertib malah masuk rumah sakit, dll. Jangan salahin kalau banyak pengendara motor yang jadi "terbentuk" arogan dan sruntulan. Kadang-kadang memang betul kata blogger rekan disini, butuh jadi preman kalau mau praktekkin Safety Riding di Jakarta.


Sekedar sharing, saya baru saja kemarin dibuat naik pitam oleh pengendara bebek canggih 135cc diasil cylinder. Seperti biasa karena saya berjanji untuk menjadi agent of change, maka saya wajib berhenti di belakang garis putih sebisa mungkin, kecuali amat terpaksa. Dengan situasi yang clean alias aman, berhentilah saya di belakang garis putih. Nah, tentunya wajar klo dibelakang antre, namanya juga lampu merah. Nah, tanpa disangka si pengendara bebek canggih 135cc diasil cylinder ini ga sabaran, diklaksonlah saya sambil dia marah-marah. Saya noleh ke belakang, dan baru saja saya mau ngalah minggir ngasih jalan buat tu bebek (padahal kondisi lampu merah masih merah benderang) dan demi Allah bedanya ga banyak klo cuman ngantri doank, eh dia sengaja menabrakkan si 135cc yang canggih itu ke si kilatperak CS1. Seketika saya naik pitam, si 135cc langsung kabur. Tidak butuh waktu lama, si kilatperak langsung bisa menyusul. Setelah saya pepet dan menanyakan apa maksudnya ia menabrak saya. Coba tebak apa responnya?

"Tadi saya klakson Bapak ga denger, sambil marah2!!!" What!!! Saya tadi noleh ke belakang dan mau ngasih jalan, bisa dibilang ga denger!!! Iapun kembali mencoba kabur namun ternyata si bebek diasil 135cc bukan tandingan si kilatperak yang notebene cuman 125cc padahal si bebek 135cc sudah dimodif racing lengkap dengan lampu HID, saya selalu bisa menyusul dan memepetnya, sempat saya terbakar emosi namun akhirnya saya pilih untuk mengalah, lagipula ini bulan suci, ga baik pikir saya. Sekedar informasi, pengendara bebek 135cc yang nggak tau aturan tadi ternyata lumayan berpendidikan, saya taunya adalah ketika saya kejar dia sampai masuk ke kompek rumahnya di Intercon, Kebon Jeruk yang notebene merupakan tempat tinggalnya Mas Saranto, salah satu blogger senior roda 2 yang saya segani.

Sebelum menulis artikel ini, saya jadi berpikir. Mungkin memang rata-rata bikers egois seperti itu, bukan apa-apa. Ya karena itu tadi, sering dianaktirikan, ditambah lagi kemacetan, stress, + polusi yang mendera. Bodo amat dengan yang namanya Safety Riding. Buntut-buntutnya ya jadi jelas, yang namanya lakalantas apalagi roda dua udah terjadi hampir tiap hari.


Kayaknya kok ya sudah saatnya dan sudah sepantasnya pemerintah mulai memikirkan infrastruktur pendukung pada bikers, khususnya di Jakarta, semata-mata demi menyukseskan Safety Riding ini, dan tentunya imbalan terbesarnya angka kecelakaan yang bisa ditekan. Jakarta ini kota metropolitan dengan pendapatan pajak kendaraan yang mahadahsyat, rasanya kalau cuma bikin infrastruktur pendukung untuk bikers aja bukan perkara sulit. Ya simple aja, bikin lajur khusus motor di jalan-jalan yang supersibuk, JANGAN MALAH LAJUR SEPEDA, lalu kemudian di setiap lampu merah bikin donk RUANG HENTI KHUSUS MOTOR (RHK). Di Bandung aja bisa, masa Jakarta enggak bisa?

lajur motor yang salah
lajur motor yang benar
ruang henti khusus (RHK) motor
Jakarta butuh ini
 Di beberapa waktu yang lalu (sebenernya udah agak lama sih), pada saat Ultah KoBOI yang kedua pada tanggal 19 Feb 2011, Direktur Utama Lalu Lintas Kombes. Royke Lumowa telah bernaji bahwa RHK akan segera diaplikasikan karena memanusiakan bikers. Oke, itu wacananya., realisasinya kapan pak?? Kami menunggu janjimu.

gue keenam dari kanan, pke helm putih (halah)

Pak Roy, mana janjimu?
 Safety Riding ga bisa berjalan mulus kalau tidak disertai infrastruktur yang memadai, komitmen ATPM dengan produk ber-AHO serta komitmen komunitas motor, RSA, serta blogger sebagai agent of change merupakan awal yang sangat baik. Jadi buat pemerintah.... Boleh kami menagih komitmenmu ???

Nah, kalau infrastruktur sudah bagus, barulah sistem kontrol diberlakukan, yang Tilang elektronik lah, dll. Kalau enggak, ya nggak FAIR itu namanya.



*)Gbr: googling, Edo Rusyanto

2 komentar:

  1. setubuh eh setuju brot.. wah manteph juga CS1 bisa ngejar MX (mungkin masih MX lama yg 4speed) :D

    emang di jakarta jumlah orang,motor,mobil,dll makin banyak..jadi makin sumpek.. nasipp :(

    BalasHapus
  2. CS1 ngejar MX mah wajar kali, kan tenaga std-nya aja diatas kertas unggul CS1, yang 5 speed juga masih bisa dijabanin walao agak susah.

    Sebenarnya daya dukung Jkt sangat hebat, jutaan orang dalam 1 kota, hanya saja sarana prasarananya kurang difasilitasi pemprov, padahal duit dari pajak buanyakkk banget, pada kemana tuh coba?

    BalasHapus